1. Konflik dalam Kehidupan
Sosial
a. Pengertian Konflik
Perhatikan
Gambar 2.27 tentang demonstrasi kenaikan upah buruh terhadap perusahaan di
daerah ibu kota Jakarta. Mengapa buruh melakukan demonstrasi? Demonstrasi
tersebut tentu disebabkan perbedaan keinginan buruh dengan perusahaan (majikan)
atas pengupahan yang berlaku. Demonstrasi yang terjadi di atas merupakan salah
satu contoh konflik dalam kehidupan masyarakat.
Siapa
saja yang dapat melakukan konflik? Semua orang dapat terlibat konflik. Pada
pelajaran Kelas VII, kalian mempelajari interaksi dapat terjadi antarindividu,
individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Kalian
mungkin pernah mendengar atau membaca berita tentang pertengkaran antarteman di
sekolah. Kejadian ini digolongkan konflik antarindividu. Adapun konflik antara
majikan dan buruh dapat dimasukan dalam kategori konflik individu dengan
kelompok. Contoh konflik antara kelompok dan kelompok adalah konflik para
pedagang kaki lima dengan para petugas ketertiban. Konflik bahkan dapat
melibatkan dalam skala lebih luas. Konflik antarkelompok dan juga dapat berupa
konflik antarsuku bahkan antarbangsa atau antarnegara. Perjuangan negara
Palestina melawan penguasaan Israel pada saat sekarang merupakan salah satu
bentuk konflik antarnegara.
b. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosial
Mengapa
terjadi konflik? Akar konflik adalah perbedaan. Berikut ini merupakan beberapa
penyebab konflik yang biasanya terjadi dalam kehidupan manusia.
1) Perbedaan Individu
Manusia
adalah individu yang unik. Jangankan manusia yang berbeda orang tua, suku, dan
ras. Manusia yang lahir dari dalam satu rahim pun memiliki banyak perbedaan.
Walaupun secara fsik sekilas sama, seperti dalam kasus bayi kembar, belum tentu
pendirian dan perasaan kedua kembar tersebut sama. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab konflik sosial. Sebab, dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak
selalu sejalan dengan kelompoknya. Sebagai contoh, para siswa dalam satu
kelasmu tentu berbeda tanggapannya ketika mendengarkan musik dangdut. Ada yang
merasa terganggu karena suara gendang, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2) Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan
Orang
dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkup yang
lebih luas, berbagai kelompok kebudayaan bisa saja memiliki nilainilai dan
norma-norma sosial yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat
mendatangkan konflik sosial, sebab kriteria tentang sopan-tidak sopan,
pantas-tidak pantas, atau bahkan berguna atau tidak bergunanya sesuatu baik itu
benda fsik maupun nonfsik bisa berbeda-beda.
3) Perbedaan Kepentingan
Kalian
perhatikan Gambar 2.28 tentang penolakan sebagian warga terhadap rencana
pembangunan bandara di Kulonprogo, Yogyakarta. Pemerintah dan pengusaha yakin
bahwa pembangunan bandara di Kulonprogo akan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Namun, sebagian masyarakat tidak setuju karena khawatir lahan pertanian akan
hilang, ganti rugi kurang jelas, dan berbagai alasan lainnya. Peristiwa ini
menggambarkan bahwa dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah menghadapi
berbagai kelompok yang memiliki kepentingan berbeda. Kalian tentu sering
menemukan berbagai kasus pembangunan di sekitar tempat tinggalmu yang memicu
konflik karena perbedaan sikap antara pemerintah dan warga.
Bentrokan
kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini
karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam
melihat atau mengerjakan sesuatu. Manusia memiliki perasaan, pendirian, maupun
latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam waktu yang bersamaan,
masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang
berbeda-beda. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut
bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi
antarkelompok atau antara kelompok dan individu.
4) Perubahan-Perubahan Nilai yang Cepat
Perundang-undangan
atau peraturan yang sifatnya mengubah kebiasaan masyarakat biasanya dilakukan
melalui berbagai kajian terlebih dahulu. Hal ini dilakukan supaya masyarakat
tidak kaget dengan perubahan yang tiba-tiba terjadi. Sebagai contoh, peraturan
merokok di tempat umum. Pemerintah tidak langsung memberlakukannya di seluruh
masyarakat Indonesia, tetapi di beberapa tempat yang terbatas terlebih dahulu,
lalu perlahan-lahan terus meluas dalam rangka memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk memahami peraturan tersebut. Perubahan adalah sesuatu yang
lazim dan wajar terjadi, tetapi jika berlangsung cepat atau bahkan mendadak,
perubahan itu akan menyebabkan konflik sosial. Suatu konflik mempunyai
kecenderungan atau kemungkinan untuk mengadakan penyesuaian kembali norma-norma
dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan
individu maupun bagian-bagian kelompok tersebut.
c. Akibat-akibat Konflik Sosial
Perhatikan
Gambar 2.29 tentang tokoh Bung Tomo dalam Pertempuran Surabaya tahun 1945.
Pertempuran tersebut merupakan salah satu contoh akibat terjadinya konflik
antarnegara. Sekutu, Belanda, dan Indonesia adalah kelompok yang terlibat dalam
peristiwa tersebut. Pertempuran yang menyebabkan ribuan pejuang Indonesia gugur
tersebut tentu tidak muncul tiba-tiba, tetapi melalui berbagai pertentangan dan
peristiwa-peristiwa lainnya. Peristiwa tersebut dapat menggambarkan salah satu
akibat dari adanya konflik.
Berikut
ini merupakan akibat terjadinya konflik sosial.
1) Meningkatnya Solidaritas Sesama
Anggota Kelompok
Dalam
kasus peristiwa pertempuran Surabaya, para pejuang tidak menghiraukan perbedaan
suku, agama, organisasi politik, dan sebagainya. Mereka bahu-membahu melawan
Inggris (Sekutu). Terjadinya konflik dengan kelompok lain justru dapat
meningkatan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group solidarity) yang
sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2) Retaknya Hubungan Antarindividu atau
Kelompok
Konflik
yang terjadi antarindividu atau antarkelompok dapat menimbulkan keretakan
hubungan. Keretakan tersebut dapat terjadi sementara ataupun permanen. Kalian
mungkin pernah konflik dengan temanmu, yang menyebabkan dalam beberapa waktu
tidak terjalin hubungan yang baik. Namun, karena kemudian saling menyadari
kesalahan, kalian berdua akhirnya saling memaafkan.
3) Terjadinya Perubahan Kepribadian para
Individu
Perubahan
kepribadian dapat terjadi pada kedua belah pihak yang mengalami konflik. Kedua
belah pihak dapat saling menyesuaikan atau justru masing-masing mempertahankan
kebenaran yang diyakini.
4) Rusaknya Harta Benda dan Bahkan
Hilangnya Nyawa Manusia
Konflik
yang berujung pada kekerasan fsik dapat menyebabkan kerusakan dan hilangnya
nyawa manusia. Sebagai contoh, konflik yang diakhiri dengan peperangan.
5) Terjadinya Akomodasi, Dominasi,
Bahkan Penaklukan Salah Satu Pihak yang Terlibat dalam Pertikaian.
d. Cara Menangani Konflik
Bagaimana
sikap individu atau kelompok sosial atas terjadinya konflik? Terdapat 5 (lima)
cara yang biasanya digunakan individu atau kelompok dalam menyelesaikan konflik
sosial.
1) Menghindar
Kadang
orang merasa tidak ada manfaatnya melanjutkan konflik dengan orang atau kelompok
lain. Hal ini mungkin disebabkan keyakinan bahwa dia tidak akan menang
menghadapi konflik. Dalam hal ini, dia mengorbankan tujuan pribadi ataupun
hubungannya dengan orang lain. Orang ini berusaha menjauhi masalah yang
menimbulkan konflik ataupun orang yang bertentangan dengannya.
2) Memaksakan Kehendak
Terdapat
individu atau kelompok yang memandang bahwa pendapatnya atau idenya paling
benar. Oleh karena itu, dengan segala cara, konflik harus berakhir dengan
kemenangan di pihaknya. Karena itu, dia atau mereka berusaha menguasai
lawan-lawannya dan memaksa lawan menerima penyelesaian yang diinginkan. Tujuan
pribadinya dianggap sangat penting, sedangkan hubungan dengan orang lain kurang
begitu penting. Tipe ini tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain. Ia tidak
peduli apakah orang lain menyukai dan menerima dirinya atau tidak. Ia
menganggap bahwa konflik harus diselesaikan dengan cara satu pihak harus menang.
3) Menyesuaikan Kepada Keinginan Orang
Lain
Terdapat
individu yang ingin diterima dan disukai orang lain. Ia merasa bahwa konflik
harus dihindari demi keserasian (harmoni) dan ia yakin bahwa konflik tidak dapat
dibicarakan jika merusak hubungan baik. Ia khawatir apabila konflik berlanjut,
seseorang akan terluka dan hal itu akan menghancurkan hubungan pribadi dengan
orang tersebut. Ia mengorbankan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan
dengan orang lain.
4) Tawar Menawar
Dalam
proses tawar-menawar, individu akan mengorbankan sebagian tujuannya dan meminta
lawan konflik mengorbankan sebagian tujuannya juga.
5) Kolaborasi
Kolaborasi
memandang konflik sebagai masalah yang harus diselesaikan. Atas dasar itu,
dicarilah cara-cara untuk mencari cara mengurangi ketegangan kedua belah pihak.
Ia berusaha memulai sesuatu pembicaraan yang dapat mengenali konflik sebagai
suatu masalah dan mencari pemecahan yang memuaskan keduanya.
2. Integrasi Sosial
Faktor-faktor Terbentuknya Integrasi
Integrasi
sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat
sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebur dapat
meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan lain
sebagainya. Menurut Baton, integrasi adalah suatu pola hubungan yang mengakui
adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan fungsi penting
pada perbedaan ras tersebut. William F. Ogburn dan Meyer Nimkoff memberi syarat
terjadinya integrasi sosial, yaitu sebagai berikut:
1.
Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi
kebutuhan-kebutuhan mereka.
2.
Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai nilai
dan norma.
3.
Nilai dan norma sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.
Faktor
yang memengaruhi cepat atau lambatnya proses integrasi:
1.
Homogenitas kelompok. Pada masyarakat yang homogenitasnya rendah integrasi
sangat mudah tercapai, demikian juga sebaliknya.
2.
Besar kecilnya kelompok. Jumlah anggota kelompok memengaruhi cepat lambatnya
integrasi karena membutuhkan penyesuaian di antara anggota.
3.
Mobilitas geografs. Semakin sering anggota suatu masyarakat datang dan pergi,
semakin besar pengaruhnya bagi proses integrasi.
4.
Efektiftas komunikasi. Semakin efektif komunikasi, semakin cepat pula integrasi
anggota-anggota masyarakat tercapai.
Bentuk-bentuk
integrasi sosial:
1.
Integrasi normatif: integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Contoh: masyarakat Indonesia dipersatukan dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika.
2.
Integrasi fungsional: integrasi yang terbentuk sebagai akibat adanya
fungsifungsi tertentu dalam masyrakat. Sebagai contoh, Indonesia yang terdiri
dari berbagai suku mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi
masing-masing: suku Bugis melaut, Jawa bertani, Minang pandai berdagang.
3.
Integrasi koersif: integrasi yang dilakukan dengan cara paksaan. Hal ini
biasanya dilakukan bila diyakini banyaknya akibat negatif jika integrasi tidak
dilakukan, atau pihak yang diajak untuk melakukan integrasi sosial enggan
melakukan/ mencerna integrasi.
Proses
integrasi dilakukan melalui dua hal, yaitu:
1. Asimilasi:
bertemunya dua kebudayaan atau lebih yang saling memengaruhi sehingga
memunculkan kebudayaan baru dengan meninggalkan sifat asli tiaptiap kebudayaan.
2.
Akulturasi: proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing (baru) sehingga kebudayaan asing
(baru) diserap/diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri tanpa meninggalkan
sifat asli kebudayaan penerima.
Faktor-faktor
pendorong integrasi sosial:
1.
Adanya tolerasnsi terhadap kebudayaan yang berbeda.
2.
Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi.
3.
Adanya sikap positif terhadap kebudayaan lain.
4.
Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa.
5.
Adanya kesamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
6.
Adanya perkawinan campur (amalgamasi).
7.
Adanya musuh bersama dari luar.