1. Pengertian Mobilitas Sosial
Simaklah terlebih dahulu kisah singkat berikut ini.
Perhatikan
cerita keberhasilan Mas’oed di atas. Apabila kondisi ekonomi keluargamu sama
dengan Mas’oed, mudah-mudahan kisah Mas’oed dapat menginspirasi. Seandainya
kalian saat ini lebih baik kondisinya dibandingkan saat Mas’oed di SMP, kalian
tentu harus jauh lebih sukses dari Mas’oed. Kisah keberhasilan Mas’oed pada teks
di atas merupakan salah satu contoh mobilitas sosial.
Perhatikan
gambar seorang direktur dan bawahannya pada gambar di atas. Pernahkah kalian
memikirkan bagaimana seseorang dapat menjadi direktur perusahaan? Apakah kalian
pernah bercita-cita menjadi direktur perusahaan? Apakah staf atau bawahan
direktur perusahaan dapat menjadi direktur. Menjadi direktur perusahaan itu
tidak mudah. Ada beragam cara untuk menjadi seorang direktur. Salah satu cara
yang paling mudah adalah merintis karier sebagai karyawan biasa, menjalankan
tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya sehingga mencapai prestasi dan promosi,
dan pada akhirnya menduduki jabatan direktur. Seorang karyawan yang berprestasi
hingga menduduki jabatan direktur merupakan contoh mobilitas sosial.
Setelah
kalian memperhatikan contoh mobilitas sosial pada dua kasus di atas, tentu
kalian memiliki sejumlah pertanyaan: Apa yang dimaksud mobilitas sosial?
Mengapa terjadi mobilitas sosial? Apa saja yang tergolong mobilitas sosial?
Bagaimana keuntungan dan kerugian terjadinya mobilitas sosial? Untuk menjawab
beberapa pertanyaan tersebut, kalian dapat menyimak penjelasan berikut ini.
Mobilitas
berasal dari bahasa latin mobilis, yang berarti mudah dipindahkan atau banyak
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial pada istilah
tersebut mengandung makna seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok
sosial. Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok
orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Seseorang yang mengalami
perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain baik
menjadi lebih tinggi maupun menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya
berpindah peran tanpa mengalami perubahan kedudukan disebut mobilitas sosial.
Beberapa
contoh lain mobilitas sosial dalam kehidupan masyarakat kita, misalnya seorang
pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi
seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang; seorang anak pengusaha ingin
mengikuti jejak ayahnya yang berhasil, lalu membuka usaha lain, namun gagal dan
akhirnya jatuh miskin. Dalam mobilitas sosial, selain terjadi perubahan dari
strata bawah ke strata atas, juga terjadi perubahan dari strata atas ke strata
bawah. Mobilitas sosial dapat berupa pergerakan sosial ke atas, tetapi juga
pergerakan sosial ke bawah.
2. Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial
Kalian
telah mempelajari pengertian mobilitas sosial dan menemukan berbagai contoh
mobilitas sosial yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu. Untuk memperdalam
pemahamanmu tentang mobilitas sosial, kalian dapat mempelajari berbagai bentuk
mobilitas sosial. Berdasarkan bentuknya, mobilitas sosial dibedakan atas
mobilitas sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal.
Mobilitas
sosial positif/naik yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat
tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Mobilitas sosial
negatif/turun yaitu perubahan atau dampak yang akan lebih mempercepat tingkat
perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih buruk
Untuk
memahami kedua bentuk mobilitas sosial tersebut, perhatikan kasus di bawah ini!
Kasus 1.
Bu
Damaris Mendila adalah seorang guru di salah satu sekolah di Provinsi Papua.
Sebagai guru IPS, Bu Damaris Mendila menjalankan tugas dengan baik. Bukan hanya
mengajar saja, Bu Damaris Mendila juga melaksanakan administrasi dengan penuh
tanggung jawab. Berbagai kegiatan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya
dilaksanakan dengan baik. Karena berbagai prestasinya, Bu Damaris Mendila
diangkat menjadi kepala sekolah. Gerak sosial dari seorang guru menjadi kepala
sekolah atau naik jabatan pada kasus Bu Damaris Mendila merupakan salah satu
bentuk mobilitas sosial vertikal.
Kasus 2.
Pak
Gayus adalah seorang anak pengusaha yang memiliki usaha perkebunan teh di
beberapa tempat di Jawa Barat. Pak Gayus mengembangkan usaha dengan membuka
usaha baru, yakni bisnis pertambangan. Namun, usaha pertambangan Pak Gayus
tidak berhasil berkembang. Bahkan usaha perkebunannya terus merugi hingga
akhirnya mengalami
Kasus 3.
Pak
Zaenuri seorang kepala sekolah di salah satu SMP di Jawa Timur yang sudah 8
tahun menjabat. Dinas pendidikan memindahkan Pak Zaenuri ke sekolah lain dan
tetap menjabat sebagai kepala sekolah. Gerak sosial yang dialami Pak Zaenuri
juga merupakan contoh bentuk mobilitas sosial horizontal.
a. Mobilitas Vertikal
Apakah
yang dimaksud mobilitas sosial vertikal? Mobilitas sosial vertikal adalah
perpindahan seseorang atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan
sosial lain yang tidak sederajat, baik pindah ke tingkat yang lebih tinggi (social
climbing) maupun turun ke tingkat lebih rendah (social sinking).
1)
Mobilitas Vertikal ke Atas (Social Climbing)
Social
climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau
kedudukan seseorang atau naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status
sosial yang lebih tinggi. Seorang karyawan yang karena prestasinya dinilai baik
kemudian berhasil menduduki sebagai kepala bagian, manajer, bahkan direktur
suatu perusahaan merupakan contoh mobilitas sosial jenis ini. Bentuk social
climbing lain misalnya terbentuknya suatu kelompok baru yang lebih tinggi
daripada lapisan sosial yang sudah ada.
Kisah
Bu Damaris dalam contoh bacaan Kasus 1 merupakan contoh mobilitas sosial ke
atas.
2)
Mobilitas Vertikal ke Bawah (Social sinking)
Social
sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang. Proses social
sinking sering kali menimbulkan gejolak kejiwaan bagi seseorang karena ada
perubahan pada hak dan kewajibannya. Contoh, seorang pegawai diturunkan
pangkatnya karena melanggar aturan sehingga ia menjadi pegawai biasa. Contoh
bacaan Kasus 2, yaitu kejadian yang menimpa Pak Gayus, merupakan contoh social
sinking dalam kehidupan sehari-hari. Social sinking dapat terjadi karena
berhalangan melaksanakan tugas, memasuki masa pensiun, turun jabatan, atau
dipecat. Social sinking, merupakan pergerakan atau perubahan status sosial dari
atas ke bawah.
b. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Pada mobilitas horizontal, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang.
Contoh
bacaan Kasus 3, yaitu kejadian yang menimpa Pak Zaenuri, merupakan contoh
mobilitas horizontal. Pak Zaenuri pindah ke sekolah lain, namun tetap dalam
jabatan sebagai kepala sekolah. Kalian dapat menemukan contoh lain mobilitas
sosial horizontal di lingkungan tempat tinggalmu.
Setelah kalian mempelajari pengertian dan contoh-contoh mobilitas vertikal dan horizontal, kalian tentu memperoleh pelajaran penting bagaimana gerak kehidupan manusia. Ibarat roda yang berputar, manusia tidak selamanya menduduki jabatan yang tinggi. Karena itulah, manusia harus mampu menjaga dirinya dengan baik apabila telah memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Manusia harus sadar bahwa kedudukan tersebut merupakan amanah yang harus dijalankan dengan baik.
Bagaimana
apabila saat ini sedang berada di lapisan sosial paling bawah? Orang yang
merasa dirinya berada di lapisan paling bawah, tidak perlu berkecil hati,
asalkan tetap berusaha dengan tekun. Sikap pantang menyerah merupakan kunci
keberhasilan meraih cita-cita.
3. Faktor-Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
Kalian
mungkin bertanya, mengapa terjadi mobilitas sosial? Apakah mobilitas selalu
terjadi dalam masyarakat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kalian perlu
mempelajari faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya mobilitas
sosial.
Dalam
setiap masyarakat, kecenderungan mengalami mobilitas sosial berbeda-beda. Ada
masyarakat yang dengan cepat dan mudah mengalami mobilitas sosial, tetapi ada
pula masyarakat yang cenderung sulit mengalami mobilitas sosial. Mengapa
demikian?
Terdapat beragam faktor yang mendorong dan terjadinya mobilitas sosial, yaitu:
a. Faktor Struktural
Struktur masyarakat Indonesia sangat terbuka. Orang miskin dapat mengalami mobilitas sosial setinggi-tingginya, bahkan menjadi presiden. Apabila kalian merupakan anak dari keluarga kurang mampu, jangan berkecil hati. Banyak contoh tokoh Indonesia yang berasal dari keluarga miskin. Kalian tetap dapat mengejar cita-cita setinggi-tingginya karena mobilitas sosial masyarakat Indonesia bukan berdasarkan keturunan melainkan prestasi. Memang keturunan memiliki peran penting dalam perjuangan mobilitas sosial. Anak orang kaya mudah untuk memperoleh modal usaha dibandingkan anak orang miskin. Namun, pada masa sekarang, banyak orang miskin yang menjadi kaya karena kegigihannya dalam berusaha. Demikian halnya banyak kasus orang kaya tiba-tiba miskin karena terlena dengan kekayaannya, lantas menjadi santai menjalani hidup.
b. Faktor Individu
Setiap
individu memiliki perbedaan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dua
orang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relatif setara belum tentu
menjadi berhasil dalam melaksanakan mobilitas sosial ke atas. Hal ini
disebabkan keberhasilan individu sangat ditentukan sikap dan perilaku individu
tersebut. Sebagai contoh, dua orang sarjana dari perguruan tinggi yang
sama-sama melamar pekerjaan di suatu perusahaan. Hanya satu orang yang diterima
karena dianggap memiliki ambisi dan komitmen dalam hidup. Kalian dapat
menemukan berbagai contoh perbedaan individu orang-orang di sekitar tempat
tinggalmu, yang memengaruhi peluang mereka mengalami mobilitas sosial ke atas.
c. Faktor Sosial
Setiap
perjuangan diawali dari ketidakpuasan. Ketidakpuasan akan status sosial
mendorong manusia untuk terus berjuang segigih-gigihnya. Setiap manusia
dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orangtuanya. Saat ia
dilahirkan, tidak ada satu manusia pun yang dapat memilih status. Apabila ia
tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orangtuanya, ia dapat mencari
kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih tinggi.
Kalian
tentu juga ingin meningkatkan status sosialmu. Orangtuamu juga selalu berpesan
supaya kalian belajar giat. Mereka berharap, suatu saat kalian lebih berhasil
dari orangtuamu.
d. Faktor Ekonomi
Keadaan
ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Keadaan ekonomi
yang baik memudahkan individu dan kelompok melakukan mobilitas sosial. Kalian
dapat memperhatikan berbagai fenomena masyarakat di sekeliling kita. Masyarakat
yang kondisi ekonominya baik, cenderung lebih mudah melakukan mobilitas sosial.
Dengan kondisi ekonomi yang baik mereka mudah untuk memperoleh modal,
pendidikan, dan kesempatan lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat
yang mengalami kesulitan ekonomi atau bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan
dasarnya. Pada masyarakat yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan dasar,
prioritas utama adalah pemenuhan kebutuhan primer.
e. Faktor Politik
Bangsa
Indonesia patut bersyukur karena memiliki stabilitas politik yang baik. Kondisi
negara aman dan damai sehingga para pemimpin dapat menjalankan roda pembangunan
dengan baik. Semua rakyat berperan aktif dalam pembangunan. Kondisi ini tentu
berbeda dengan situasi Indonesia pada tahun 1945-1950. Pada masa tersebut,
situasi politik dalam negeri tidak menentu.
Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga memilih perang baru. Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat pemerintah lebih sibuk mengurus keamanan negara daripada meningkatkan perekonomian. Hal ini jelas memengaruhi mobilitas sosial warga negara.
Belanda masih berusaha menguasai Indonesia sehingga memilih perang baru. Beberapa pemberontakan juga terjadi, yang membuat pemerintah lebih sibuk mengurus keamanan negara daripada meningkatkan perekonomian. Hal ini jelas memengaruhi mobilitas sosial warga negara.
f. Kemudahan dalam Akses Pendidikan
Jika
pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mudah juga bagi orang untuk
melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperolehnya.
Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu menjadikan orang
tak menjalani pendidikan yang bagus, serta sulit untuk mengubah status karena
kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.
Pada
zaman penjajahan, pendidikan sulit didapat bangsa Indonesia. Akibatnya,
masyarakat terkungkung dalam kebodohan. Jangankan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, membaca saja sebagian besar rakyat Indonesia tidak
bisa. Penduduk Indonesia yang dapat membaca dan menulis pada akhir masa
penjajahan Jepang tidak lebih dari 10%. Kalian dapat memperkirakan, pada masa
penjajahan Belanda, jumlah buta huruf di Indonesia tentu jauh lebih besar.
Bagaimana
dengan pendidikan di perguruan tinggi? Selain berbagai beasiswa yang diberikan
kepada mahasiswa berprestasi dan mahasiswa miskin selama menempuh pendidikan,
pemerintah juga menyediakan beasiswa yang diberikan pada saat mahasiswa
mendaftar di perguruan tinggi. Beasiswa yang diluncurkan sejak masa Presiden
Susilo Bambang Yudoyono tersebut bernama BIDIKMISI (Biaya Pendidikan Mahasiswa
Miskin Berprestasi). Apabila merasa berasal dari keluarga kurang mampu, kalian
dapat mendaftarkan diri di perguruan tinggi dengan dukungan beasiswa BIDIKMISI.
Semua biaya kuliah dan biaya hidup selama studi akan ditanggung negara.
Selain
memahami berbagai faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial, kalian
juga perlu memahami berbagai faktor penghambat mobilitas sosial. Beberapa
faktor pendorong terjadinya mobilitas sosial yang telah kalian pelajari di atas
pada dasarnya juga merupakan faktor penghambat mobilitas sosial apabila
kondisinya dibalik. Sebagai contoh, pendidikan akan menjadi pendorong mobilitas
sosial apabila sistem pendidikan bersifat terbuka masih seperti di Indonesia
pada masa sekarang. Apabila sistem pendidikan seperti pada masa penjajahan,
mobilitas sosial masyarakat pasti terhambat.
Beberapa
faktor penghambat mobilitas sosial adalah sebagai berikut.
a. Kemiskinan
Faktor
ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai
status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit. Salah satu penyebab
kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. Masyarakat yang berpendidikan rendah
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat kemudahan
untuk mendapatkan pekerjaan terbatas.
Saat
ini, negara Indonesia masih memiliki penduduk miskin ± 12%. Hal ini menjadi
hambatan dalam mobilitas sosial. Karena itulah, pemerintah berusaha mengurangi
kemiskinan tersebut dengan berbagai cara. Dengan hilangnya kemiskinan, dengan
sendirinya masyarakat akan mudah mengakses berbagai fasilitas dasar dan
memudahkan mobilitas.
b. Diskriminasi
Diskriminasi
berarti pembedaan perlakuan karena alasan perbedaan bang, suku, ras, agama,
golongan. Pada masa penjajahan, terjadi diskriminasi pemerintah Hindia Belanda
terhadap masyarakat keturunan Eropa dan masyarakat Indonesia. Dalam memperoleh
pendidikan, masyarakat Indonesia disediakan sekolah yang kualitasnya berbeda
dengan sekolah-sekolah untuk orang-orang Eropa. Hal ini tentu mempersulit
mobilitas sosial rakyat Indonesia.
4. Saluran-saluran Mobilitas
Sosial
Kalian
tentu berpikir, bagaimana caranya agar mobilitas sosial itu terjadi? Setiap
orang dapat mewujudkan mobilitas sosial di lingkungan atau instansi tempat ia
sedang berkarya. Sebagai contoh, bagi seorang guru yang sedang bertugas di
lembaga pendidikan, ia dapat mewujudkan mobilitas sosial di lembaga pendidikan
tersebut. Seorang politikus di partai politik dapat melakukan mobilitas sosial
di partai politik yang ia ikuti.
Berikut
ini merupakan contoh saluran-saluran mobilitas sosial.
a. Pendidikan
Pendidikan
merupakan saluran bagi mobilitas vertikal yang sering digunakan karena melalui
pendidikan orang dapat mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada
umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan
dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang mengangkat seseorang dari
kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan
kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
Contoh, seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang
perguruan tinggi. Setelah lulus, ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan
pengetahuannya itu untuk berusaha. Setelah ia berhasil menjadi pedagang, secara
otomatis status sosialnya juga meningkat.
b. Organisasi Politik
Banyak
contoh orang yang meniti perjuangan karir di organisasi politik dari tingkat
rendah sampai tingkat tinggi. Sebagai contoh, Presiden Republik Indonesia
pertama Ir Sukarno. Ketika mendirikan Partai Nasional Indonesia, Sukarno tidak
memiliki jabatan di pemerintahan. Namun, melalui perjuangan politiknya, Sukarno
semakin dikenal rakyat dan penjajah. Pada saat kemerdekaan, Sukarno dipilih
menjadi Presiden Republik Indonesia.
Seorang
angota partai politik yang profesional dan punya dedikasi tinggi kemungkinan
besar akan cepat mendapatkan status yang semakin tinggi dalam partainya sampai
akhirnya menjadi anggota dewan legislatif. Kalian dapat menemukan berbagai
contoh perjuangan orang-orang di partai politik di sekitar tempat tinggalmu.
c. Organisasi Ekonomi
Organisasi
yang bergerak itu antara lain dalam bidang perusahan ataupun jasa umumnya
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk mencapai mobilitas
vertikal. Organisasi ekonomi itu antara lain koperasi dan badan usaha.
Kalian
tentu memiliki koperasi di sekolahmu. Apa tujuan didirikan organisasi koperasi?
Tentu untuk menyejahterakan anggotanya. Karena itu, koperasi akan melayani
kebutuhan anggotanya. Koperasi sekolah tentu akan mengutamakan pelayanan
terhadap para peserta didik. Demikian juga halnya dengan koperasi pasar,
petani, nelayan, dan sebagainya. Melalui organisasi koperasi, kesejahteraan
anggota dapat diperjuangkan. Keberhasilan perjuangan koperasi mencerminkan
keberhasilan perjuangan anggota-anggotanya.
keberhasilan perjuangan anggota-anggotanya.
d. Organisasi Profesi
Contoh
organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran mobilitas
vertikal adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Dokter
Indonesia (IDI), Himpinan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan organisasi
profesi lainnya. Kalian dapat menemukan berbagai organisasi profesi yang ada di
Indonesia.
Bagaimana
organisasi profesi dapat menjadi sarana saluran mobilitas vertikal? Karena
organisasi profesi merupakan himpunan orang-orang yang memiliki profesi yang
sama sehingga mereka akan lebih kompak dan kuat memperjuangkan profesinya.
Sebagai contoh, organisasi profesi guru Persatuan Guru Republik Indonesia
merupakan salah satu sarana perjuangan para guru dalam bidang pendidikan dan
kesejahteraan guru. Selain memperjuangkan pendidikan di Indonesia, PGRI juga
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan guru. Perjuangan PGRI tentu
diperhatikan oleh pemerintah Indonesia sehingga kesejahteraan guru di Indonesia
terus mengalami peningkatan.
5. Dampak Mobilitas Sosial
Apakah
dampak terjadinya mobilitas sosial? Apabila semua mobilitas sosial bersifat ke
atas (social climbing), tentu semua orang akan merasa senang. Akan tetapi,
selalu ada 3 (tiga) kemungkinan mobilitas sosial, yakni ke bawah, ke atas, dan
ke samping. Karena itulah, kalian perlu memahami bahwa dampak terjadinya
mobilitas sosial bersifat positif dan negatif.
Apakah dampak positif terjadinya mobilitas sosial? Berikut ini beberapa dampak positif terjadinya mobilitas sosial.
a. Mendorong Seseorang untuk Lebih Maju
Terbukanya
kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan motivasi
yang tinggi pada diri seseorang untuk maju di berbagai bidang. Kalian dapat
membedakan kondisi Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan. Pada masa
penjajahan, banyak rakyat kecil yang tidak memiliki citacita menjadi camat,
bupati, atau gubernur. Hal ini karena tidak adanya kesempatan untuk itu.
Bagaimana dengan sekarang? Banyak rakyat kecil kemudian berhasil menjadi
pemimpin di berbagai bidang.
b. Mempercepat Tingkat Perubahan Sosial
Mobilitas
sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang
lebih baik. Contoh: Indonesia sedang mengalami perubahan dari masyarakat
agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika
didukung sumber daya manusia yang berkualitas. Hal itu berarti perlu peningkatan
kualitas pendidikan.
Keberhasilan
mobilitas sosial di Indonesia berarti membuat orang Indonesia memiliki
kedudukan terhormat. Cerdik cendekia yang semakin banyak secara langsung
mendorong terjadinya perubahan sosial budaya masyarakat. Perubahan yang mudah
dilihat, misalnya, pada masyarakat desa. Penduduk yang berhasil melakukan
mobilitas sosial biasanya akan memengaruhi teman-teman atau masyarakat lainnya.
Hal ini berarti secara langsung akan mendorong terjadinya perubahan sosial
budaya di desa tersebut. Penduduk yang sebagian besar berpendidikan rendah,
kemudian berpendidikan tinggi akan berpengaruh terhadap gaya hidup dan mata
pencaharian mereka.
c. Meningkatkan Integrasi Sosial
Terjadinya
mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial.
Contohnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilainilai, dan
norma-norma yang dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru
sehingga tercipta integrasi sosial. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu
masyarakat akan mendapat respon yang berbeda dari masyarakat lain. Respon
tersebut dapat berupa tentangan, namun juga dapat berupa penerimaan. Penerimaan
pengaruh yang diakibatkan mobilitas sosial tentu merupakan salah satu contoh
terjadinya integrasi dalam masyarakat.
Kalian telah memahami dampak positif terjadinya mobilitas sosial. Tentu kalian berpikir bahwa mobilitas sosial juga membawa dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Apakah dampak negatif mobilitas sosial?
a. Terjadinya Konflik
Mobilitas
sosial merupakan salah satu perjuangan manusia dan kelompok sosial untuk
mencapai posisi sosial yang semakin tinggi. Dalam hal ini, sangat wajar kalau
kemudian timbul persaingan, yang kerap juga memicu konflik. Dalam perjalanan
kehidupan manusia, persaingan tidak dapat dihindarkan. Persaingan selalu muncul
dengan berbagai kategorinya. Bahkan, persaingan bisa menjelma menjadi konflik.
Perjuangan
bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan mendapat tentangan luar biasa
dari penjajah. Konflik ini tidak dapat dihindarkan bahkan sampai terjadi perang.
Sebagai contoh kecil, perjuangan karyawan bawahan di suatu perusahaan untuk
mencapai kedudukan yang lebih tinggi akan menghadapi persaingan dari karyawan
lain. Bahkan, dapat pula berhadapan dengan atasan yang takut kedudukannya
digeser.
Contoh
lain, perjuangan di dalam partai politik dan antarpartai politik. Semua partai
politik berjuang salah satunya untuk memperoleh kekuasaan. Kondisi ini
entu menimbulkan persaingan yang kadang memunculkan konflik. Kalian tentu masih
ingat peristiwa Gerakan 30 September 1965. Peristiwa tersebut merupakan salah
satu dampak negatif dari ambisi mereka, jabatan, atau kekuasaan yang lebih
tinggi. Persaingan antarpartai politik di Indonesia mengakibatkan konflik yang
membahayakan kelangsungan bangsa Indonesia.
Persaingan
ataupun konflik perlu disikapi dengan bijaksana. Persaingan tidak dapat
dihindarkan, tetapi persaingan yang tidak sehat akan menyebabkan konflik. Karena
itulah, setiap perubahan sosial hendaknya selalu dikelola dengan sikap yang positif.
Dengan demikian, tiap individu atau kelompok sosial yang berhasil atau gagal
dalam usaha melakukan mobilitas sosial ke atas sama-sama ikhlas menerima
kenyataan.
b. Gangguan Psikologis
Seseorang
yang memiliki jabatan kadang khawatir kehilangan jabatan. Bahkan pada saat
jabatan yang dimiliki sudah lepas, kadang ia tidak rela melepaskan jabatan
tersebut. Banyak orang yang setelah kehilangan jabatan, baik karena diganti
maupun karena sudah selesai masa tugasnya (pensiun), menjadi mudah gelisah. Individu
yang mengalami keadaan seperti ini termasuk mengalami gangguan psikologis. Hal
tersebut akan membahayakan diri sendiri karena stres yang berkepanjangan akan
melahirkan berbagai penyakit psikis dan fsik lainnya. Contoh: darah tinggi,
asam lambung, insomnia merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan
gangguan psikologis. Gangguan psikologis seperti di atas tentu tidak akan
terjadi pada individu yang lapang dada menerima keadaan, dan kemudian bertekad
untuk berubah.